DuniaSemasa

Presiden baru Peru yang sangat sederhana, rumahnya usang dan isterinya guru kampung

Menang hasil sokongan penduduk miskin

LIMA : Sebagai presiden baru Peru, hidup Pedro Castillo sangat jauh dari kata elit. Beliau berasal daripada keluarga sederhana yang tinggal di kampung miskin, dengan isteri yang bekerja sebagai guru.

Rumah dua tingkatnya terletak di pedalaman Andes, salah satu daerah termiskin di Peru.

Isterinya, Lilia Paredes, ketika ditemui kru Associated Press (AP), sedang mengemas barang-barang untuk pindah ke ibu kota.

Selama seminggu terakhir dia berkemas, melipat rapi kemeja suaminya, dan mengemas beberapa piring serta barang dapur lainnya di sela-sela kunjungan petani dari kampung berhampiran yang  datang mengucapkan selamat tinggal.

Pedro Castillo, Lilia Paredes, dan dua anak mereka sedang dinanti istana kepresidenan bergaya neo-barok di Lima, itupun jika mereka mahu tinggal di sana.

Castillo dilantik sebagai presiden baru Peru pada Rabu (28/7/2021), tidak sampai dua minggu setelah menang pilihanraya pusingan kedua 6 Jun.

Sama seperti isterinya, Castillo adalah guru kampung. Dia tidak pernah bekerja di pejabat kepresidenan, tetapi berjaya mengalahkan lawannya, ahli politik sayap kanan Keiko Fujimori, dengan 44,000 undi.

Paredes, sementara itu, belum tahu di mana dia, suaminya, dan dua anaknya akan tinggal.

Dia juga tidak tahu di mana akan menyekolahkan anak-anaknya setelah sekolah bermula.

Ibu negara Peru, Lilia Paredes (48), sedang melipat baju-baju suaminya di rumah mereka di Chugur, Peru, saat berkemas untuk pindah ke ibu kota Lima, Kamis (22/7/2021). Paredes menjadi ibu negara usai suaminya, Pedro Castillo, menang pemilu dan menjadi presiden baru Peru.
AP PHOTO/FRANKLIN BRICENO, wanita pertama Peru, Lilia Paredes (48), sedang melipat baju-baju suaminya di rumah mereka di Chugur, Peru, ketika berkemas untuk pindah ke ibu kota Lima, Khamis (22/7/2021). Paredes menjadi wanita pertama negara selepas suaminya, Pedro Castillo, menang pilihanraya dan menjadi presiden baru Peru.

“Kami tidak punya hartanah di Lima,” katanya kepada Associated Press minggu lalu di terasnya yang berkabut di Chugur, sambil menggosok tangannya di tengah dinginnya musim sejuk Andes.

“Kami orang kampung, dan sentiasa perlu bertahun-tahun untuk memiliki hartanah di ibu kota.”

“Kalau mereka menyuruh kami tinggal di tempat lain, tetap saja, kami bukan raja yang tinggal di istana, kami bekerja.”

Penyokong Castillo termasuk penduduk miskin dan orang kampung di negara Amerika Selatan tersebut.

Castillo mempopularkan frasa, ‘Tidak ada yang orang miskin di negara kaya’, dan mengejutkan jutaan orang Peru serta pengamat politik dengan mara ke pilihanraya pusingan kedua.

Perekonomian Peru yang merupakan pengeluar tembaga kedua terbesar  di dunia hancur akibat pandemik virus corona, menjadikan kemiskinan meningkat hampir sepertiga daripada populasi, dan menghilangkan keuntungan yang negara peroleh dalam satu dekad.

Fujimori sempat menggugat keputusan pilihanraya dengan menuduh ada ribuan penipuan, tapi tuduhannya tidak terbukti.

Presiden Peru yang baru, Pedro Castillo, memakai topinya lagi setelah melepasnya saat prosesi sumpah jabatan pada hari pelantikan di Lima, ibu kota Peru, Rabu (28/7/2021). Castillo adalah guru desa yang populer berkat slogan Tak ada lagi orang miskin di negara kaya, dan membuat kejutan dengan melaju ke pemilu putaran kedua lalu menang.
AP PHOTO/FRANCISCO RODRIGUEZ Presiden Peru yang baru, Pedro Castillo, memakai topinya lagi setelah melepasnya saat prosesi sumpah jabatan pada hari pelantikan di Lima, ibu kota Peru, Rabu (28/7/2021). Castillo adalah guru kampung yang popular berkat slogan Tak ada lagi orang miskin di negara kaya, dan membuat kejutan dengan mara ke pilihanraya pusingan kedua lalu menang. Tidak seperti semua mantan presiden Peru selama 40 tahun terakhir, keluarga Pedro Castillo tidak memiliki rumah di Lima.

Paredes mengatakan, dia dan suaminya perlu memutuskan adakah mereka akan tinggal di kediaman presiden, tetapi kemungkinan mereka akan menyebutnya sebagai rumah.

Dia sudah melihatnya dari luar tetapi tidak pernah masuk ke dalam. Memilih tempat tinggal adalah keputusan penting mengingat slogan anti-elit yang dilaungkan Castillo.

Slogan kempennya boleh dipersoalkan jika keluarganya pindah ke istana presiden yang mewah.

Lilia Paredes berangkat ke ibu kota membawa beberapa beg berisi makanan, termasuk kacang polong, buncis, tepung jagung manis, dan keju yang dibuat keluarga di rumah setelah memerah susu lembu mereka pada waktu subuh.

Rumah keluarga yang didirikan Castillo lebih dari 20 tahun yang lalu, akan dijaga oleh kakak perempuan Paredes.

Keluarga Castillo juga membawa buku-buku pelajaran untuk Arnold (16) dan Alondra (9).

Paredes berharap anak-anaknya dapat masuk ke universiti dan perguruan tinggi negeri. Dia memberitahu Arnold mahu belajar teknik sivil kerana suka matematik.

“Alondrita akan melanjutkan pelajaran di sekolah awam,” kata Paredes.

Jika itu berlaku, itulah pertama kalinya dalam beberapa dekad anak-anak presiden bersekolah di sekolah awam. Sebelumnya para presiden Peru lebih memilih sekolah swasta.

Ibu negara Peru, Lilia Paredes (48), menggiring kerbau masuk kandang rumahnya di Chugur, Peru, Kamis (22/7/2021). Paredes adalah istri presiden baru Peru, Pedro Castillo, yang bergaya hidup sederhana dan menang pemilu berkat dukungan warga miskin serta pinggiran..
AP PHOTO/FRANKLIN BICENO Ibu negara Peru, Lilia Paredes (48), menggiring lembu masuk kandang rumahnya di Chugur, Peru, Khamis (22/7/2021). Paredes adalah isteri presiden baru Peru, Pedro Castillo, yang hidup sederhana dan menang pilihanraya berkat sokongan warga miskin serta pinggiran.

Beberapa media tempatan menyarankan Paredes memakai gaun haute couture daripada pereka fesyen yang berpangkalan di Lima, tetapi dia dengan tegas menolak cadangan itu.

Guru kampung yang kini telah menjadi wanita pertama negara itu memilih Lupe de la Cruz, seorang tukang jahir dari kota berhampiran Chugur, untuk membuatkan dua persalinan untuk dia dan suaminya.

“Saya suka yang sederhana. Suami saya suka apa yang saya pakai, dan saya suka apa yang dia pakai,” katanya.

Paredes baru-baru ini membawakan de la Cruz dua potong kain bulu kambing coklat dan hijau.

Tukang jahit itu menunjukkan padanya sebuah majalah fesyen, dan wanita pertama lalu memilih potongan dua pakaian yang lengkap.

“Dia tidak suka hiasan atau warna yang gemerlap,” kata de la Cruz beberapa hari kemudian di tempat jahitnya, penuh dengan kain, gunting, jarum, benang, dan penggaris.

Sebelum berangkat ke Lima, Paredes dan keluarganya datang di gereja Nazarene yang terletak beberapa meter dari rumah mereka.

Pastor Victor Cieza turut mengundang puluhan pendeta dari gereja-gereja evangelis lainnya dari kampung sekitar.

Gereja dengan dinding kuning dan atap zink itu kemudian dipenuhi tetangga yang mengenakan topi dan ponco wol seperti yang dikenakan Castillo.

Beberapa orang bernyanyi diiringi suara gitar dan merefleksikan pentingnya kerendahan hati.

“Semua orang mengenal kami, kami tidak akan pernah lupa dari mana kami datang dan ke mana kami harus kembali kerana jawatan itu tidak kekal,” kata Paredes. — KOMPAS

Related Articles

Back to top button